Selasa, 09 September 2008

Pengemis dan nenek bau

Waktu saya masih sekolah sekitar 15 tahun yang lalu, setiap hari ada seorang pengemis meminta-minta di depan rumah saya. Dan adik lelaki saya selalu memberi uang Rp. 500 untuk pengemis tersebut, nilai recehan terbesar saat itu. Suatu hari pengemis itu datang lagi dan saya sedang repot-repotnya bantuin ibu di dapur, kebetulan adik lelaki saya sedang tidak di rumah, sekenanya saya samber uang recehan di atas kulkas yang saya ngga tau pasti jumlahnya berapa. Setelah saya berikan kepada pengemis itu, tak lama kemudian entah dia bicara apa, yang saya tau dia ngomel-ngomel ngga jelas dan ada kata-kata “ngasih cuma segini”. Iiih..sebelnya saya waktu itu, dalam hati saya ikutan ngomel “bukannya bersyukur, masih untung dikasi daripada enggak” jeleknya lagi saya pake ngancem besok-besok gue males ngasih lagi. Tapi tetep dia menjadi langganan adek saya ngumpulin pahala. Bulan-bulan berikutnya pengemis itu ngga muncul-muncul lagi. Entah pindah lokasi atau ganti profesi, mudah-mudahan ganti profesi jadi lebih baik.
Sepuluh tahun berjalan, saya udah berkeluarga dengan bayi perempuan cantik (Azka) yang saat itu agak demam, akibat kecentit tulang belakangnya. Saya bawa putri saya ke tukang urut agak jauh dari rumah. Setelah selesai dan hendak pulang kerumah, saya bertemu nenek tua yang dekil and the kummel dan badannya bauuuu..uu sekali. Nenek itu memakai 2 kebaya sekaligus, kebaya warna coklat di dalam dan yang warna ungu di luar. Dia mendekati saya yang sedang menggendong Azka. Dia lalu membelai Azka dan menarik-narik hidung Azka (seperti di mancungin) sambil berkata “cantik bener ya?, dijagain nih yang bener. Pulangnya naik apa?” sambil senyum agak takut saya jawab “naik motor nek” nenek itu masih membelai wajah Azka lalu berpesan “Ati-ati kalo naik motor jangan lupa baca bismillah” lebih tenang saya menjawab “iya terima kasih” “mari nek, saya pulang dulu” pamit saya.
Beberapa hari kemudian saya bertemu lagi dengan nenek tua itu, masih dengan 2 kebaya sekaligus, kali ini kebaya ungunya di dalam dan yang warna coklat di luar. Dia menyapu halaman rumah seseorang yang saya tau persis itu bukan rumahnya. Kemudian dia memanggil saya dan bertanya “mau kemana?” saya jawab “mau kerja nek”, lagi-lagi ia berpesan “jangan lupa baca bismillah”, wah sepertinya saya mulai menyukai si nenek bau ini, bagaimanapun baunya ia, pesannya selalu membuat saya merasa diperhatikan. Semakin hari semakin sering saya bertemu dengan nenek itu, bau badannya tak pernah hilang bahkan sepertinya semakin kotor dan selalu dengan pesan yang sama “baca bismillah”. Pernah adik saya yang paling kecil yang parnonya minta ampun, bilang begini “mbak, dijalanan sana ada orang gila, nenek-nenek, bauuuu…uu banget, pake baju dobel-dobel, nyamperin intan melulu!, hiii.. takut ih” langsung saya sanggah “huss.. itu bukan orang gila, ngga bahaya koq, justru dia baik selalu ngingetin mba’Da untuk baca bismillah”. Saya juga pernah melihat ada anak sekolah yang lagi bengong tiba-tiba di tepuk nenek itu, ekspresi wajah anak sekolah itu terlihat sangat shock, tapi beberapa saat kemudian dia manggut-manggut, lucu sekali, saya bisa menebak apa yang nenek itu bilang padanya.
Suatu hari, saat saya mau berangkat kerja, saya bertemu pengemis yang dulu sering lewat rumah saya. Dia duduk dipinggir jalan dengan tangan menengadah. Saya lewat tanpa memberi sedekah, justifikasi saya saat itu bahwa saya belum menyiapkan recehan. Sepertinya tempat itu nyaman untuk pengemis itu hingga setiap hari dia duduk mengemis disitu. Saya, kalau ada ya saya kasih, kalo ngga ada ya ngga ngasih. Pengalaman saya yang merasa pernah ‘di-omelin’ oleh pengemis itu seringkali membuat saya ill-feel, ini yang saya takut bikin saya tidak ikhlas.

Insya Allah saya bukan orang yang pelit, saya berusaha menunaikan kewajiban zakat saya dan obyek zakat saya memang bukan pengemis, tapi justru orang yang saya nilai dia butuh, tapi ngga pernah meminta. Saya sudah merencanakan sebelumnya bahwa saya akan memberi sebagian zakat saya kepada nenek-nenek bau itu. Jadi sebelum berangkat kerja saya siapkan uangnya. Dari jauh saya sudah melihat nenek dengan kebaya coklat dan ungu dekil, wah itu dia, saya mempercepat langkah saya. Belum lagi 15 meter saya dibelakangnya, nenek itu berhenti di depan pengemis yang saya yakin usianya lebih muda dibanding nenek bau itu, sambil merogoh-rogoh kutangnya si nenek lalu memberikan sedekah kepada pengemis itu. Subhanallah, kaki saya lemas, langkah saya melemah untuk beberapa saat, jika saat itu memungkinkan rasanya saya ingin menangis haru. Saya merasa harga diri saya jatuh ke jurang , nenek yang bau, yang dikira gila oleh adik saya ternyata jauh lebih mulia dari saya. Anehnya, si nenek itu jalan cepat sekali hingga meninggalkan saya jauh dibelakangnya, saya kehilangan jejaknya, bahkan untuk hari-hari selanjutnya.. Niat saya tak pernah sampai kepadanya.
Nenek bau itu menjadi guru buat saya untuk bersedekah dengan ikhlas dan jangan melihat seseorang dari penampilannya saja..
Wallahu ‘alam bishshawwab.

Senin, 08 September 2008

Perkara Hutang

“Tiga perkara yang jika sudah datang padanya, maka segerakan pelaksanaannya. Yaitu (kesatu Jenazah yang sudah selesai (dimandikan, dikafankan) segera kuburkan, (kedua) hutang yang apabila telah jatuh tempo segera lunaskan, (ketiga) jika datang pemuda sholeh yang datang untuk meminangmu segerakan pelaksanaan (nikahnya)”. Dari hadits ini juga saya akhirnya menikah dengan pria sholeh itu. Tapi disini saya mau menuliskan perkara yang kedua yaitu hutang.

“Haram makan enak kalau punya hutang” kalimat yang saya belum memastikan ini hadits atau bukan, kalaupun hadits saya juga belum tau ini kuat atau lemah. Whatever, kalimat ini bikin saya merinding. Saking takutnya saya, saya mau cari tau bagaimana islam memandang hutang piutang. Hingga pada satu kesimpulan saya bahwa hukum hutang seperti hukum cerai, tidak haram tapi hindari sebisa mungkin. Kalau sudah terpaksa dan terlanjur, kuatkan tekad untuk menyegerakan membayarnya. Hutang juga dapat mengurang keberkahan, apalagi jika kita sudah sanggup membayarnya, kita tunda-tunda pelaksanaannya, maka percayalah, rezeki yang seharusnya kita nikmati tidak akan berkah. Disatu sisi, untuk orang yang memberi hutang sebaiknya memberi kelonggaran (waktu) pada yang berhutang bahkan dianjurkan diikhlaskan saja sebagai sedekah yang amat baik. Adanya aturan bagi orang yang memberi hutang ini adalah keseimbangan dalam kesempurnaan islam

Proses hutang piutang digambarkan dalam alQur’an. “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang-piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan, dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah, tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripadanya. Jika yang berhutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang laki-laki dan dua orang perempuandiantara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan untuk menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu pada ketidak raguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi, jika kamu lakukan yang demikian, maka sungguh hal itu merupakan kefasikan pada kamu. Dan bertaqwalah pada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Seperti itulah proses idealnya. Tapi entah apa kerena kita orang timur yang katanya tinggi sopan santun dan serba ngga enakan, takut dibilang ngga percaya atau apalah sehingga meninggalkan proses tersebut. Bukan cuma tidak menghadirkan saksi, bahkan kalau bisa orang lain ngga perlu tau lah, cukup dua orang yang bersangkutan saja. Boleh-boleh saja saling percaya, khusnudzon dan itu memang harus. Tapi hukum (Allah) dibuat untuk melindungi manusia dari hal-hal yang buruk, apalagi tertulis dalam alQuran yang kita yakini kebenarannya. Wallahu’alam bishshawwaab.

Rabu, 03 September 2008

piknik hari kerja ?

Hari rabu (270808) aku ndampingin Azka yang ikut lomba bola keranjang mewakili sekolahnya di TMII. Subhanallah, anak-anak- itu… panas-panas juga tetap semangat. Salut untuk guru-gurunya yang tak pernah berhenti memotivasi anak-anak. Pesertanya adalah taman kanak-kanak (TK) se-Jakarta Selatan. Waa..ah ternyata TK di Jakarta Selatan aja buanyak buanget, mungkin lebih dari 100 TK yang ikutan. Ada juga TK-TK yang ngga ikutan lomba-lomba tersebut.
Lombanya pagi, kita berangkat dari sekolahan jam 07.00 sampai di TMII jam 08.30 agak lama karena drivernya sempat salah jalan. Lagi-lagi salut untuk para ibu guru yang kesabarannya subhanallahu, walaupun aku yakin mereka ketar-ketir takut telat. Alhamdulillah semua berjalan lancar. TK nya Azka ikutan lomba menari, bola keranjang, lari bendera, entah apa lagi, dapet pialanya banyak juga lho, untuk semua lomba yang diikuti Alhamdulillah dapet semua walaupun tidak selalu yang terbaik (juara I). Untuk bola keranjangnya dapet juara harapan I.

Selesai semua perlombaan, kita semua dapet tiket nonton di teater IMAX keong mas. Tapi aku ngga sanggup ngantrinya. Walaupun dah dapet tiket, kami mundur aja deh. Kebetulan Abi dan Ayman nyusul kita ke TMII, jadilah kita jalan-jalan sekeluarga di TMII. Pertama, naik kereta gantung, ya iya lah, ke TMII ngga naik kereta gantung kayaknya kurang pas, secara kita kan mau liat Indonesia dalam bentuk yang mini gitu lho. Abis itu Azka maksa naik bom-bom car, ya udah deh naik dulu. Setelah itu baru keliling-keliling TMII liat-liat rumah adat. Terakhir kita ke Museum IPTEK lebih tepatnya PPIPTEK (jgn tanya kepanjangannya ya..? lupa), wuih serunya. Ini tempat yang paling tepat untuk ngajak anak bermain sambil belajar, rasanya ngga mau pulang kalo ngga inget waktu, sama badan yang ngga enak karena udah keringetan. Alat peraga dan simulasinya banyak banget, semuanya mendidik dan informatif. bahkan kita sempat nyobain bikin roket sampe bikin Azka dan Ayman terkagum-kagum. Kita juga nyobain simulasi gempa, di situ ada ruang yang bisa di guncang seperti sedang terjadi gempa. Asik deh, jadi pengen kesana lagi deh, ngajak Echa dan Aqil, keponakanku yang selalu antusias kalo diajak jalan-jalan.

Pulangnya mampir ke Ciracas, tempat Intan adikku yang bontot, sekalian nengok si kecil Alin (2 bln), anak pertamanya Intan. Lagian badan keringetan, jadi pada mandi aja semua, untungnya bawa baju ganti. Dari rumah Intan abis sholat maghrib, sampe rumah jam 19.30. Azka harus istirahat soalnya besoknya (kamis 280808) ikut pawai menyambut datangnya bulan suci ramadhan.

Kalo gitu sekalian aja deh, aku juga mau ngucapin selamat menjalankan ibadah puasa buat semuanya, semoga kita semua bisa memaksimalkan diri kita dalam beribadah mengisi bulan mulia, ramadhan. Semoga kita semua menjadi insan-insan terbaik. Amin yaa robbal ‘alamin.